“Ah, kamu terlalu banyak bicara! Kurangi bicara mu!”
“Kamu cengeng! Bisa nya nangis!”
“Ih, tuh anak kenapa sih rusuh mulu di temlen, ga ada
kerjaan apa?!”
Dan masih seabrek lain nya para komentator ini bicara.
Sindiran memang bisa datang dari mana saja. Ekspresi sang
penyindir dan korban sindiran pun berbeda-beda. Ada ia yang dengan sejuta masa
bodoh nya, ada juga ia yang terlalu peka hingga sindiran seolah cambuk baginya.
Kita memang tak pernah luput dari kesalahan. Sengaja atau
tidak. Bahkan saya pribadi pun demikian. Tapi tulisan ini semata-mata adalah
ungkapan hati pribadi, semoga bisa saling menginspirasi.
Menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan
nya memang tidak semudah menerima uang. Tapi perlu anda bedakan manusia tak
seperti rumah makan! Yang bisa anda pesan porsi rasa bahkan semua sesuai selera
anda!
Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, kenapa kita
justru mempersulit diri dengan mengkritik bahkan menyindir karakter orang lain?
Terusik kah? Jika ada jalan untuk menghindari orang yang karakter nya mengusik
mu, kenapa tidak kau lakukan saja?
Simpel! Saat kau mengkritik dengan nada ketus, bukankah
seolah-olah dirimu telah tersakiti? Kenapa menyakiti diri sendiri dengan harus
mengkritik orang lain yang bahkan tak pernah sedikitpun memiliki keinginan
mengusik mu? Jangan memesan karakter orang! Jika ingin mengkritik, lakukan
dengan hikmah dan tutur kata yang indah. Akan beda hasil nya adonan yang kau
olah dengan lembut dan adonan yang kau olah dengan kasar. Akan beda hasil nya
anak yang kau didik dengan lembut dan anak yang kau didik dengan keras bahkan
sering menyakiti hatinya.
0 komentar:
Posting Komentar