ANTARA YANG BERBEDA
Kita tentu sudah tidak asing dengan firman allah yang berbunyi “Innamal mu’minuuna ikhwah”, bahwa muslim itu bersaudara. Ikatan persaudaraan muslim itulah yang di sebut dengan UKHUWAH, tepat nya Ukhuwah Islamiyyah. Ukhuwah terjalin kadang secara spontanitas, kadang juga butuh proses waktu. Pertama tentu adalah ta’aruf, yaitu perkenalan. Bertanya nama, asal, alamat dan lain-lain. Kemudia masih akan berlanjut ta’aruf sampai beberapa pertemuan. Kemudian setelah itu ada tafahhum, saling memahaami. Setelah sekian kali bertemu kita akan mulai menilai seseorang yang kita kenal, lalu berusaha memahaminya. Fahami jika dia memiliki sifat baik, fahami jika ia memiliki sifat yang kurang baik. Tetap fahami apapun keadaan nya, karna ukhuwah islamiyah itu indah. Proses ta’aruf dan tafahhum tentu tidak instan, butuh waktu dan kesabaran. Jika tafahhum sudah melekat dalam ukhuwah ini, maka saya menjamin tidak akan ada sekat di antara kita. Pertengkaran dan perdebatan itu wajar, karna itulah warna dalam persaudaraan. Namun, sebagai seorang muslim tentu kita tau bahwa rasul sangat membenci ummatnya yang tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari. Jika kita memahami hadits tersebut, tentu tidak akan berani kita tidak menegur saudara kita lebih dari tiga hari. Memaafkan dan minta maaf itu indah kok. Tapi, zaman sekarang banyak muslim yang baru sekali bertemu sudah bisa menjudge orang yang baru ia kenal. “ah, dia mainstream banget”. Lalu apakah berdosa seorang yang mainstream? Sabar saudaraku, lihat dan fahami dulu, toh berarti anda adalah yang berslogan no mainstream? Lalu apakah kemudian kita menjauhi seseorang yang kita judge mainstream? Kenapa? Merasa tidak nyaman? Siapa bilang dakwah itu nyaman? Semua butuh proses ya ikhwati, lihat kembali dirinya, basic sekolahnya, karna pendidikan ssekolah/kuliah juga mempengaruhi sikap seseorang. Manusia itu kompleks kawan, jangan merasa tahu dan spontanitas cepat menilai. Ibarat jika kau ingin menemukan isi bawang, tentu kau harus mengupas kulit nya sedikit demi sedikit. Islam itu indah, islam itu lapang dada. Mainstream/no mainstream bukan alasan memecah diri dari ukhuwah islamiyyah ini. Ini hanya masalah hati, sejauh apa kita berupaya melapangkan hati kita, sebesar apa kita berusaha menerima apapun sifat sahabat kita. Jika ia salah, perbaiki perlahan, jika ia mainstream, bersabarlah, mungkin di dalam hatinya ia juga sedang berusaha menerima dan memahami kamu yang no mainstream. Jangan terlalu membenci sesuatu, nanti suatu hari bisa jadi kau membutuhkan nya atau balik sangat mencintainya. Terus berusaha perbaiki diri dan ukhuwah ini.
~tulisan ini saya persembahkan untuk kalian, saudara-saudara ku… Garuda Keadilan Jakarta
afifah Nusaibah fifah
DeveloperCras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.
0 komentar:
Posting Komentar