Sebentar, aku hanya ingin menceritakan sesuatu.

by 05.54 0 komentar



                Sore itu, bertepatan dengan jam pulang kerja para pegawai di perkantoran Jakarta. Aku memilih kopaja sebagai kendaraan umum menuju stasiun Gambir. Tak ada tempat duduk tersisa, namun suasana dalam kopaja juga tidak sepadat biasanya. Mungkin karena arah yang dituju adalah jurusan Pasar Senen. Akhirnya aku berdiri, usai membayar tarif kepada kenek kopaja, aku hanya terdiam, menikmati perjalanan sore itu.
                Beberapa kali kopaja yang kunaiki berhenti, guna menaikkan penumpang dari pinggir jalan. Beberapa penumpang mulai naik. Sejenak aku termenung, menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Seorang perempuan dengan jilbab yang dililitkan di kepala serta sekitar leher membayar tarif kopaja dengan tangan kirinya. Kemudian pandanganku beralih kepada tangan kanannya. Oh, ternyata tangan kanan itu sedang asyik memegang sebuah benda elektronik. HANDPHONE! Sangat disayangkan, benda yang mungkin membantunya dalam bekerja, bersilaturahim, bercengkrama dengan keluarga, ternyata membuat ia acuh terhadap perkara yang kecil.
                Bukankah akan lebih baik jika dalam memberi, kita gunakan tangan kanan sebagai sarana? Bukankah akan lebih sopan begitu? Aku hanya tak habis fikir, ia rela memberi dengan tangan kiri hanya karena tangan kanan nya terlalu sibuk memegang si handphone.
                Lainkali, kita seharusnya lebih terbiasa menggunakan tangan kanan dalam melakukan segala perkara kebaikan.
                Kejadian berikutnya adalah, ketika ada seorang ibu yang usianya sudah lumayan tua naik ke kopaja tersebut. Saya melihat banyak laki-laki yang dengan santainya duduk di kursi-kursi kopaja tersebut seraya memainkan gadget nya. Sangat disayangkan, tidak ada satupun dari kaum adam tersebut yang menawarkan atau merelakan tempat duduknya untuk si Ibu. Mungkin kita sama-sama lelah, mungkin kita sama-sama letih akibat bekerja seharian. Namun, seharusnya kita menyadari. Meski kita sama-sama lelah, kadar kekuatan kita tak sama. Bisa jadi, ibu tersebut kekuatannya tidaklah sekokoh kita, apalagi jika dibandingkan dengan kekuatan kaum lelaki. Tentu mereka jauh lebih kuat dibanding si Ibu tua tadi. Sekali lagi, mereka terlalu sibuk dengan gadget nya sehingga untuk perduli terhadap seseorang disampingnya pun enggan.
                Lainkali, cobalah untuk lebih peka. Cobalah untuk lebih perduli. Karena suatu kebaikan yang kita lakukan, akan berimbas kebaikan yang lain untuk diri kita sendiri.
                Perkara selanjutnya, masih didalam kopaja yang sama. Lagi-lagi seorang ibu naik ke kopaja, usianya masih muda. Penampilannya elegan, rapih dan sopan. Ketika ia berjalan, tak sengaja ia menginjak kaki salah seorang penumpang. Bukan perkara siapa yang salah. Tapi yang aku saksikan, ia justru acuh tanpa ada rasa perduli terhadap kaki yang sudah ia injak. Si pemilik kaki hanya meringis, mungkin agak sedikit sakit. Namun kemudian ia tersenyum. Seolah telah memaafkan si Ibu yang acuh, bahkan tak ada permintaan maaf dari nya.
                Lainkali, cobalah berkaca pada diri sendiri. Tak perlu ada gengsi, jika salah maka mintalah maaf. Jika menyakiti orang lain, maka minta maaflah.
                Sangat disayangkan jika kita adalah orang yang berpendidikan namun tak memiliki adab dan akhlak yang baik. Seharusnya, semakin berpendidikan manusia, ia semakin memiliki adab dan akhlak yang baik. Sehingga ia mampu bermuamalah dengan sebaik-baiknya.
                Seperti itulah Islam. Didalam Islam, semua ilmu selalu terkait dengan adab dan akhlak. Jadilah muslim yang baik. Yaitu muslim yang berilmu, beradab dan berakhlak karimah. 

Kotabumi, 18 Juni 2015

afifah Nusaibah fifah

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar