Kerap kali kita mendengar, seseorang datang seraya berkata “Aku
punya dua kabar, satu baik dan yang satu lagi buruk.” Atau “Ada kabar buruk
nih, kamu mau tau?” atau kalimat sejenis lainnya yang menyatakan bahwa itu
adalah kabar buruk.
Padahal, Rasulullah sendiri yang mengabarkan kepada ummatnya,
bahwa setia urusan mu’min itu baik.
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua
urusannya adalah baik baginya. Hal ini
tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan
kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.
Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu
merupakan kebaikan baginya.” Hadits riwayat Muslim.
Dengan hadits tersebut maka sudah
seharusnya kita menghindari kalimat-kalimat yang mengacu pada ketidak
kebersyukuran terhadap apa yang Allah takdirkan. Mengatakan bahwa ada kabar
buruk, atau ada sesuatu yang tidak baik, mungkin bukan ungkapan yang tepat.
Ingatlah kawan, jika mushibah
atau cobaan itu datang segeralah ucapkan “Allahumma
aajirni fii mushiibati wakhliflii khoiron minha..”
Saya teringat tentang sebuah
hadits Rasulullah : “Wa in ashoobaka syai-un falaa taqul lau anni fa’altu
kadzaa wa kadzaa, walakin qul qoddarallahu wa maa syaa-a fa’ala.”
Dan jika engkau tertimpa
mushibah, janganlah berkata “Andai saja aku seperti ini dan seperti itu, tetapi
katakanlah “telah ditakdirkan Allah, apa yang Allah kehendaki, Allah
membuatnya.”
Akan lebih baik jika perkataan
itu diubah polanya. Misalnya begini, “Qodarallah, saya dalam keadaan.....” kamu
bisa menjelaskannya sendiri. Atau “Ada kabar bahwa........ “ kemudian
dilanjutkan dengan kalimat syukur, Alhamdulillah.
Semua itu karena segala urusan mu’min
adalah baik. Maka tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa itu adalah hal yang
buruk atau dengan kalimat sejenisnya.
Mari bersyukur serta terus
menerus memperbaharui syukur.
Allah saja senantiasa
memperbaharui nikmat-Nya kepada kita dari hari ke hari, dari waktu ke waktu. Lalu
bagaimana kita melupakan untuk terus menerus memperbaharui syukur kepada-Nya? Masih
pantaskah kita menjadi hamba-Nya sedang syukurpun kita sering luput bahkan
lupa.
“Wa in ta’uddu ni’matallahi laa tuhshuuha” kata Allah dalam kitab-Nya.
Kembalikan segala urusan kepada
Allah. Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya.
Jika engkau merasa terpuruk atau
dunia seolah tertutup, maka carilah satu pintu untuk kemudian membukanya. Jika satu
pintu itu tertutup maka bukalah sepuluh pintu lainnya. Dan jika sepuluh pintu
itu tertutup, maka carilah seratus bahkan seribu pintu lainnya untuk kau buka. Pasti
akan ada satu pintu yang terbuka.
Pasti ada.
Kita tidak perlu melihat betapa
beratnya cobaan yang menimpa, tetapi lihatlah seberapa kuat bahu yang menopang
cobaan itu. Karena tidak ada cobaan yang Allah timpakan melampaui batas
kemampuan.
@afifahns13
17:51, Jatipadang, 23 November 2015
0 komentar:
Posting Komentar