Berhentilah Menggunakan Kalimat "Kabar Buruk"

by 02.55 0 komentar


Kerap kali kita mendengar, seseorang datang seraya berkata “Aku punya dua kabar, satu baik dan yang satu lagi buruk.” Atau “Ada kabar buruk nih, kamu mau tau?” atau kalimat sejenis lainnya yang menyatakan bahwa itu adalah kabar buruk.

Padahal, Rasulullah sendiri yang mengabarkan kepada ummatnya, bahwa setia urusan mu’min itu baik. 

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya  adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” Hadits riwayat Muslim.

Dengan hadits tersebut maka sudah seharusnya kita menghindari kalimat-kalimat yang mengacu pada ketidak kebersyukuran terhadap apa yang Allah takdirkan. Mengatakan bahwa ada kabar buruk, atau ada sesuatu yang tidak baik, mungkin bukan ungkapan yang tepat. 

Ingatlah kawan, jika mushibah atau cobaan itu datang segeralah ucapkan “Allahumma aajirni fii mushiibati wakhliflii khoiron minha..” 

Saya teringat tentang sebuah hadits Rasulullah : “Wa in ashoobaka syai-un falaa taqul lau anni fa’altu kadzaa wa kadzaa, walakin qul qoddarallahu wa maa syaa-a fa’ala.”
Dan jika engkau tertimpa mushibah, janganlah berkata “Andai saja aku seperti ini dan seperti itu, tetapi katakanlah “telah ditakdirkan Allah, apa yang Allah kehendaki, Allah membuatnya.”

Akan lebih baik jika perkataan itu diubah polanya. Misalnya begini, “Qodarallah, saya dalam keadaan.....” kamu bisa menjelaskannya sendiri. Atau “Ada kabar bahwa........ “ kemudian dilanjutkan dengan kalimat syukur, Alhamdulillah.

Semua itu karena segala urusan mu’min adalah baik. Maka tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa itu adalah hal yang buruk atau dengan kalimat sejenisnya.
Mari bersyukur serta terus menerus memperbaharui syukur. 

Allah saja senantiasa memperbaharui nikmat-Nya kepada kita dari hari ke hari, dari waktu ke waktu. Lalu bagaimana kita melupakan untuk terus menerus memperbaharui syukur kepada-Nya? Masih pantaskah kita menjadi hamba-Nya sedang syukurpun kita sering luput bahkan lupa.

“Wa in ta’uddu ni’matallahi laa tuhshuuha” kata Allah dalam kitab-Nya.

Kembalikan segala urusan kepada Allah. Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya.
Jika engkau merasa terpuruk atau dunia seolah tertutup, maka carilah satu pintu untuk kemudian membukanya. Jika satu pintu itu tertutup maka bukalah sepuluh pintu lainnya. Dan jika sepuluh pintu itu tertutup, maka carilah seratus bahkan seribu pintu lainnya untuk kau buka. Pasti akan ada satu pintu yang terbuka. 

Pasti ada. 

Kita tidak perlu melihat betapa beratnya cobaan yang menimpa, tetapi lihatlah seberapa kuat bahu yang menopang cobaan itu. Karena tidak ada cobaan yang Allah timpakan melampaui batas kemampuan. 

@afifahns13 
17:51, Jatipadang, 23 November 2015

afifah Nusaibah fifah

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar