Allah tuhan ku, tiada tuhan selain Allah. Siapa yang
tidak hafal dengan Syahadat? Bahkan sejak duduk di bangku SD pun anak-anak
sudah akrab dengan Syahadat. Laailaahaillallah, muhammadarrasulullah. Tiada
tuhan selain Allah, muhammad adalah utusan Allah.
Syahadat adalah rukun islam yang pertama. Kemudian
sholat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu. Syahadat tidak sebatas
melafazhkan kalimat “Laailaahaillallah muhammadarrasulullah”, tetapi ia
memiliki atsar atau cabang dalam pemaknaannya. Orang yang mengaku percaya bahwa
tak ada tuhan selain Allah, maka ia akan mencintai Allah karena kepercayaannya.
sedikit saja kepercayaannya itu hilang, maka akan berakibat pada sikap dan
perilakunya.
Ketika
mempercayai dengan kepercayaan yang benar bahwa tak ada illah selain Allah,
maka seorang hamba akan senantiasa menerima aturan dari Rabbnya, seorang hamba
akan dengan sukarela melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Rabbnya.
Seperti itulah “iman” dalam agama ini.
Tidak ada agama lain selain islam yang mampu menjelaskan
tentang Tuhannya. Didalam agama Hindu, mereka memiliki kepercayaan tentang
dewa-dewa yang tidak pernah bisa di terima oleh akal yang sehat penjelasannya.
Didalam agama Kriten justru konsep tuhan adalah konsep yang “unik”, karena
tidak mampu di jelaskan.
Pemahaman manusia terhadap tuhannya akan mempengaruhi gaya
hidup dan cara pandangnya. Dia yang faham bahwa tuhannya adalah Allah seperti
yang berkali kali Al-Quran jelaskan, maka kehidupannya akan berdasarkan kehendak
dan aturan Allah. Kefahaman terhadap ma’rifatullah bukanlah sekadar tau
bahwa tuhan nya adalah Allah, tetapi ma’rifatullah adalah iman kepada
Allah sehingga dengan keimanan yang kuat itu mampu menguatkan kepada rukun iman
yang kedua hingga ke enam.
Dari
dahulu hingga sekarang ada orang-orang yang masih beranggapan bahwa Allah tidak
ada, hanya karena mereka tidak dapat merasakan kehadiran Nya, tidak dapat
melihat Nya dengan panca inderanya sendiri. Dengan alasan inilah mereka tidak
mempercayai segala sesuatu yang ghaib. Padahal pada kenyataannya panca indera
manusialah yang tidak mampu menjangkau sesuatu yang ghaib.
Hanya dengan berbekal panca indera,
mereka tidak akan dapat mengenal hakikat Allah yang sesungguhnya. Kemudian jika
pencarian mereka soal “Tuhan” ini tak kunjung menuai jawaban, maka muncullah
kepercayaan akan adanya dewa-dewa yang menguasai bumi, matahari, langit, air,
udara dan lainnya. Selain itu adapula karena jenuh mencari namun tak jua
berhasil lalu berkesimpulan bahwa Tuhan tidak ada. Pencarian tak tentu arah ini
lalu menimpulkan sikap atheisme.
Segala seuatu di muka bumi dipandang
dengan nalarnya semata. Inilah yang mereka anggap sikap ilmiyah dari pada harus
mempercayai hal hal ghaib, mistik, takhayul dan sebagainya menurut mereka.
Akal manusia bisa jadi akan mampu
mengenal keberadaan Allah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya yang tersebar di
seantero bumi. Namun karena mereka tidak mempunyai landasan atau pondasi
keimanan, segala pengetahuan itu kemudian dijadikan diskursus ilmu semata.
Dari sini dapat di simpulkan bahwa
mengenal Allah melalui panca indera dan juga akal harus selalu dalam iringan
wahyu. Karena jika tanpa di dasari wahyu maka keimanan akan mudah tergoyahkan.
Wallahua’lam.
*refrensi : http://trimssukron.blogspot.com/2013/05/marifatullah-mengenal-allah.html
0 komentar:
Posting Komentar