HUJAN

by 05.53 0 komentar


Hujan. Dulu aku dan kamu seperti ada jalinan persahabatan. Setiap mendung datang, aku akan bersorak girang. Menantikan hujan segera turun dan membasahi alam. Lalu dengan senang hati aku akan menari-nari di tengah rintik hujan. Semakin deras, maka aku akan semakin senang. Tak ada banjir di desa. Yang aku tahu, banjir hanya ada di jakarta. Pun itu aku ketahui hanya melalui berita di tivi. Ah senangnya, bahkan saat ini aku merindukan perasaan bahagia menantikan hujan tiba.
                Bermain dan berlari-lari di tengah hujan, seakan tak punyai apapun beban kehidupan. Yang kami tahu hanya bersenang-senang dengan air yang berjatuhan. Ah, itu sudah lima belas atau enam belas tahun silam. Perasaan dimana aku akan sangat senang menantikan hujan. Jika parit mulai penuh dengan air, maka kami menyebutnya itu banjir. Padahal aku sekarang sadar, banjir yang sesungguhnya ternyata melebihi genangan air di parit biasa.
                Itulah sekilas masa kecil tentang hujan dan aku.
                Malam ini aku bertemu dengannya. Awal nya aku kira aku ingin menghindarinya. Karena jarak rumah dan tempatku berdiri saat ini cukup jauh untuk di jangkau. Aku berharap aku bisa tiba di rumah sebelum ia menyapaku. Tapi tiba-tiba, seperti di kejar rindu. Ia dengan derasnya mulai membasahi alam. Dan aku terpana, dilema antara memeluk mu atau menunggu kau reda. Nyatanya, rindu ku pun tak tertahan. Tak peduli seberapa derasnya engkau, akhirnya aku masuk ke tengah-tengah mu, Hujan.
                Menikmati air yang berjatuhan, menyusuri jalanan. Basah kuyup kehujanan. Hal yang aku tahu, Hujan mengajari banyak hal. Tentang kesyukuran, tentang ketenangan, tentang keindahan alam, dan tentang kesabaran dalam sebuah perjuangan.

afifah Nusaibah fifah

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar